Beberapa
minggu belakangan ini, semua media sedang dihebohkan dengan pemberitaan tentang
pencabulan anak. Dari pencabulan anak di salah satu TK Internasional hingga
berita pencabulan balita 18 bulan oleh ayahnya sendiri yang juga seorang
anggota TNI di Medan, Sumatera Utara[1].
Bermula dari kejadian kriminal di ibu kota, sekarang menjalar menjadi sebuah
mimpi buruk bagi orang tua di seluruh Indonesia. Media tidak mau kehilangan
kesempatan, media beramai-ramai mengangkat topik pelecehan dan pencabulan anak yang dikarenakan
memiliki NEWS VALUE, dimana para audience memiliki ketertarikan untuk membaca,
mendengar bahkan mencari tahu berita tersebut. News Value ini menjadi sebuah
nilai jual yang menguntungkan. Maka dari
itu, segala macam pemberitaan tentang tindakan pencabulan atau pelecehan
seksual dibawah umur seakan menjadi trending topic bernilai jual tinggi. Dan hal ini mengingatkan saya terhadap sebuah pernyataan di dunia media; Bad News is Good News.
Peran
media dalam mengangkat berita ini sangatlah menarik, karena media seperti
pedang bermata dua; misalnya mengungkap berbagai kasus-kasus pelecehan atau
pencabulan anak lainya di tanah air. Sebelum kejadian pelecehan anak TK
internasional beredar, media hanya mengangkat sebagian kasus pelecehan terhadap
anak smp atau sma. Namun, semenjak berita anak TK ini terkuak, media mampu
menyuarakan lebih banyak kasus seperti ini yang terjadi di daerah. Di satu sisi
lainnya, media juga seperti pedagang musiman yang menjajakan daganganya hanya pada
masa-masa panen untuk memperoleh keuntungan. Media menjadikan kejadian ini
sebagai sebuah bisnis untuk meningkatkan nilai jual beritanya.
Pengaruh
media dalam memberitakan kejadian ini menjadi keprihatinan saya, karena seakan-akan
media memberikan mimpi buruk kepada penonton, khususnya orang tua yang memiliki
anak kecil. Sangking terlalu banyaknya pemberitaan tentang kasus pencabulan anak, kebanyakan orang tua mulai
resah dan merasa anak-anaknya tidak aman. Padahal anaknya baik-baik saja. Namun
kecemasan orang ini, menjadi boomerang bagi sang anak untuk bebas menjalani
kehidupan sebagai seorang anak kecil. Orang tua semakin memperketat kontrol
terhadap anaknya. Baik memang, namun semakin orang tua mengkonsumsi berita
seperti ini, orang tua akan semakin menjadi super protektif terhadap anak. Makadari
itu, sebagai orang tua pun harus pandai menyaring berita. Jangan sampai orang
tua terbawa oleh pengaruh penyampaian berita oleh media. Silakan menanggapi :)
No comments:
Post a Comment